Setelah menimbang-nimbang dengan berbagai pro cons, akhirnya memutuskan berangkat liburan ke Bali bersama dua jagoan. Berhubung butuh berhemat di sana dan sini, kami sepakat berangkat naik kereta dan public transport lain, tanpa pesawat. Agar mudah berpindah moda, akhirnya pakai carrier yang biasa dipakai untuk naik gunung.
Apakah artinya sudah dapat disebut backpacker trip? Marilah kita berkesimpulan demikian, karena kami sama sekali ga bawa koper. Hahaha..
Memutuskan moda transportasi bukan hal yang mudah. Mencari moda transportasi yang pas di kantong ternyata lebih tak mudah. Untuk dapat sampai ke Bali dengan kereta, kami harus menuju Surabaya, dan lanjut ke stasiun Ketapang yang paling dekat dengan pelabuhan Ketapang. Menuju Ketapang dari Surabaya tidak perlu bingung, karena hanya ada satu pilihan kereta. Namun tak mudah menentukan dengan kereta apa ke Surabaya, karena pilihan kereta dari Jakarta menuju Surabaya, sangat banyak. Opsi tersebut harus tentunya mempertimbangkan harga tiket kereta, yang kalau salah pilih, total harganya tak kan jauh berbeda dengan pesawat. Seru bukan? Petualangan tak hanya bermula saat bepergian terjadi, tapi sejak mencari pilihan moda transportasi murah dan nyaman. Hahaha..
Setengah hari siang ku habis buat mencari moda transportasi yang pas. Gsheet terbuka untuk membandingkan harga yang satu dengan yang lain, itinarary, dan tentunya list budget selain transportasi.
Akhirnya pilihan jatuh pada kereta Dharmawangsa dari Stasiun Pasar Senen menuju Pasar Turi Surabaya. Berlanjut dengan Blambangan Express dari Pasar Turi Surabaya ke Ketapang. Untuk menghemat biaya penginapan, kami bermalam di kereta. Tak perlu diceritakan detailnya kejadian di kereta, karena ga banyak kisah, selain ku dikira sebagai anak kuliahan yang lagi libur dan mau melancong ke Bali.
Tiba di Ketapang sekitar jam 5 subuh, dan langsung menuju Pelabuhan Ketapang. Penumpang yang berjalan kaki tak banyak. Kami naik ferry sekitar 60 menit, lalu akhirnya tiba di pelabuhan Gilimanuk. Ada warung di pintu keluar, dan percayalah.. Nasi kuning dengan harga murah di warung ini enakk pisan..Berhubung agenda bermain pertama di Lovina, untuk melihat lumba-lumba di habitat aslinya, maka kami menuju terminal Singaraja dengan moda transportasi elf. Sayangnya, moda transportasi ini sepi diminati. Para pejalan kaki selalu langsung menuju terminal Ubung di Kota Denpasar. Sehingga kami harus menunggu sekitar 60 menit untuk akhirnya supir mau berangkat. Sangat disarankan mencari moda transportasi lain ke Singaraja. Atau jika peserta trip lebih dari 5, bisa langsung minta supir untuk jalan. Atau jika tidak terlalu urgent, disarankan langsung ke Denpasar saja. Opsi ke Lovina memang menarik, tapi agak sulit untuk menemukan moda transportasi umum yang nyaman dan cepat ke Lovina.
Ada apa saja di Lovina? Apa saja itinarary kami selama di Bali bagian utara? Cek di postingan berikutnya, yaa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar