12 Februari 2012

Gitar dan Senandung Pak Nandang

Ingatan ini kembali terangkat saat Fay & Rayy membeli perangkat musik (lagi). Salah satu alat musik yang dibeli beberapa minggu lalu adalah gitar. Hari ini, gitar itu menganggur. Dan saya coba memainkannya. Saya sangat tak pandai bermain musik. Tapi saya penikmat musik.
Sambil memainkan gitar tersebut pikiran saya berkelana. Menggali-gali pemikiran dan ingatan tentang gitar. Ingat betapa inginnya dulu bermain gitar, ingat tentang torehan Hirata tentang betapa gitaris bisa menjelma menjadi personal yang mengagumkan dan memikat, dan ingat betapa inginnya dulu ada seseorang yang memainkan lagu favorit saya dan menyanyikannya untuk saya. Hanya untuk saya. Konyol.

Satu ingatan indah yang terangkat membuat saya pergi ke masa SMP dulu. Adalah pak Nandang, pria pertama dan terakhir yang menyanyikan lagu untuk saya dengan gitar. Beliau guru matematika terbaik yang pernah saya temui. Saya lupa persisnya, saat itu entah saat ulangan atau sedang ada tugas, kelas hening karena semua berkonsentrasi. Lalu seketika beliau duduk di meja murid paling depan. Sampai saat ini, ingatan saya masih jelas posisi beliau duduk, memangku gitar (yang dipinjam)nya. Beliau mulai bermain gitar, menyanyikan lagu untuk saya. Seketika pula gelak tawa memenuhi ruangan kelas. Jangan kira itu lagu romantis, lagu yang dinyanyikan adalah lagu dengan nada baru dan berlirik meledek saya yang (pada saat itu) kurus karena (dikira) cacingan. Saya yang saat itu jadi objek hanya tersenyum, merona, dan hampir tertawa. Tak mengira kalau itu jadi kenangan indah di masa kini. Karena beliau saat ini sudah tiada. Beliau berpulang pada Oktober 2010 silam. Kenangan indah bersama beliau takkan terlupa. Saat beliau mengajar matematika dan dengan mudahnya menyulap matematika menjadi rima indah. Saat beliau dengan santainya bersepeda kumbang dari rumahnya ke sekolah. Saat beliau marah kalau ada teman yang bertingkah luar biasa. Saat beliau dengan paniknya memapah saya yang hampir pingsan dari ruang kelas menuju ruang kesehatan. Dan saat-saat lainnya yang tak lagi terekam dalam otak tapi dalam hati.


Sampai saat ini beliau masih saya kenang sebagai guru terbaik dan pria (hampir) romantis. And he's my rockstar!

:)