23 Agustus 2011

Menikah menuju Berkah

"Sungguh sebaik-baik kaum perempuan adalah yang paling ringan tuntutan maharnya." (HR. Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas)

Hal ini yg selalu saya putar berulang-ulang ketika akan menikah dahulu. Rasulullah pasti memahami betul pentingnya mahar dan dengan bijak menggunakan kata paling ringan. Tulisan setelah ini merupakan pandangan pribadi atas hadist ini.

Mahar adalah sesuatu yang diberikan oleh calon suami kepada perempuan yang akan dinikahi, baik berupa uang maupun barang. Mahar bagi saya merupakan tanda cinta yang saya tuntut dan harus dipenuhi oleh calon suami. Mahar juga merupakan pembuktian keseriusan calon suami untuk memberikan yang terbaik bagi saya. Pembuktian ini menjadi janji akan terpenuhinya kebutuhan lahiriah yang wajib terpenuhi setelah ijab kabul nanti. Selain sebagai pembuktian kesanggupan calon suami, mahar bagi calon suami dapat menjadi cerminan kebutuhan calon istri setelah menikah nanti. Memang bukan menjadi patokan kebutuhan pasti, tapi calon suami dapat melihat pandangan dari wanita yang akan dinikahinya terkait hal materi. Seberapa sesuai kebutuhan istrinya nanti dengan kesanggupan suami menafkahi. Dengan mahar, calon istri dapat membuktikan kesanggupan suami, dan suami dapat menakar kebutuhan istri.

Poin penting kedua adalah kata "paling ringan". Tidak ada takaran terbaik selain materi dan kebendaan dalam mengukur kebutuhan lahiriah seseorang. Karena materi dan kebendaan ini bersifat relatif, maka tidak ada juga standarnya. Mahal bagi si miskin namun murah bagi si kaya. Oleh sebab itu kata "paling ringan" menjadi penengah dengan asumsi tidak memberatkan atau menyusahkan. Kebendaan yang ingin dimiliki calon istri adalah benda yang tidak menyusahkan bagi calon suami.

Rangkaian acara akad dan walimatul-'urus merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. "Sesederhana apapun pernikahan, harus mengadakan walimahan" (HR. Thabrani dan Ahmad). Ketika para sahabat Rasulullah menikah, banyak cerita-cerita unik dan menyentuh terkait mahar. Pernikahan-pernikahan yang dilaksanakan pada saat itu sebenar-benarnya pernikahan islami yang tidak berlebih-lebihan. Pelaksanaan akad nikah sebagai acara utama adalah sebenar-benarnya acara utama, pelaksanaan walimatul-'urus sebenar-benarnya pula ajang silaturahim dan pengumuman bagi sanak saudara serta kerabat untuk menghindari fitnah dikemudian hari. Rasulullah mencontohkan menyembelih seekor kambing sebagai jamuan bagi para sanak saudara dan kerabat yang diundang. Namun dalam kondisi lain, ada pula riwayat yang menceritakan Rasulullah dan pernikahannya dengan sajian korma, keju, dan samin.

Walimatul-'urus diadakan dengan harapan mengumpulkan sanak saudara dan kerabat. Agar mendoakan dan bersilaturahim. Pelaksanaannya biasanya diadakan oleh pihak wanita, dan dibiayai oleh kedua belah pihak. Pembiayaan acara ini dari pihak calon suami merupakan pemberian keikhlasan atau kerelaan didasarkan atas kesanggupan calon suami dari segi materi. Ketika pembiayaan untuk acara ini menjadi tuntutan dengan keharusan tertentu dari pihak calon istri, maka menjadi bersinggungan dengan esensi dari mahar. Esensi mahar tidak lagi didasarkan atas kewajiban materi yang diberikan saat ijab qabul. Tapi menjadi aset materi terselubung yang tak tercatat di buku nikah. Sayangnya, kewajiban pembiayaan dengan nominal tertentu terkadang menyusahkan calon suami. Jika merunut tulisan-tulisan di atas, kita perlu mengingat kembali esensi dari mahar dan seruan Rasulullah dengan kata "paling ringan".

Siapa yang tak ingin hidup bahagia setelah menikah. Namun siapa pula yang tak ingin hari bahagia menjadi indah. Namun keindahan selayaknya juga menuju keberkahan. Karena itulah yang dicita-citakan. Toh indah merupakan hal relatif bagi mata yang memandang. Gedung mewah belum tentu indah bagi para milyuner yang memiliki kapal pesiar dan biasa berpesta di dalamnya. Tenda biru sederhana pun belum tentu buruk dihadapan para fakir yang biasa tinggal digubuk. Semua kebendaan dan keindahan adalah relatif. Tapi keberkahan adalah pasti. Dimana kehidupan setelah hari pernikahan adalah tolak ukurnya. Dimana ketenangan jiwa bersama pasangan adalah ciri-cirinya.

“Barakallahu laka wa baraka ‘alaikuma….”

Pernikahan merupakan perjalanan panjang yang diawali dengan niat baik dan pelaksanaan yang baik. Harapannya hanyalah mencapai keberkahan. "Sungguh pernikahan yang paling besar berkahnya adalah yang mudah dan sederhana pembiayaannya."

-Wallahu a'lam bishawab.-

:)